Senin, 20 Juni 2016

kasus slow learning



     SLOW LEARNING

     Slow learning yaitu suatu istilah nonteknis yang dengan berbagai cara dikenakan pada anak-anak yang sedikit terbelakang secara mental, atau yang berkembang lebih lambat daripada kecepatan normal
Namun secara garis besar lamban belajar (slow learning) adalah anak yang memiliki potensi intelektual sedikit di bawah normal tetapi belum termasuk tunagrahita. Dalam beberapa hal mereka mengalami hambatan atau keterlambatan berpikir, merespon rangsangan dan adaptasi sosial, tetapi masih jauh lebih baik dibanding dengan tunagrahita, lebih lamban dibanding dengan yang normal. Mereka butuh waktu yang lebih lama dan berulang-ulang untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas akademik maupun non akademik, sehingga memerlukan pelayanan pendidikan khusus. Anak dengan SL (slow learning) memiliki ciri fisik normal. Tapi saat di sekolah mereka sulit menangkap materi, responnya lambat, dan kosa kata juga kurang, sehingga saat diajak berbicara kurang jelas maksudnya atau sulit nyambung. Dari sisi perilaku, mereka cenderung pendiam dan pemalu, dan mereka kesulitan untuk berteman. Anak-anak lambat belajar (slow learning) ini juga cenderung kurang percaya diri. Kemampuan berpikir abstraknya lebih rendah dibandingkan dengan anak pada umumnya.
Sebagai calon guru, tentu diharapkan memiliki pemahaman dan kepekaan terhadap kondisi masing – masing siswa sebagai muridnya. Perkembangan dan kemajuan belajarnya, yang dapat dideteksi setiap saat selama proses kegiatan pembelajaran di sekolah berlangsung. Di sini peran guru, khususnya guru kelas sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa. Umumnya guru memilki catatan atau rekaman tentang perkembangan masing – masing siswa, bagaimana kondisinya dan kebutuhan apa yang diperlukan, terlebih untuk anak – anak berkebutuhan khusus. Maka untuk mengenali hal itu saya ingin mengetahui salah satu kelainan mengenai klien saya yang menderita kesulitan dan lambat dalam belajar.
 
 A. PROFIL / IDENTITAS

     
        Nama klien     : YD
        Usia                : 16 tahun
        Jenis kelamin : Laki-laki
yd adalah seorang pelajar yang bersekolah di salah satu sekolah menengah pertama swasta di tawangmangu, lahir 04 September 1999, jadi sekarang dia berusia 16 tahun. Dia anak ke 2 dari 2 (dua) bersaudara. Pekerjaan ayahnya sebagai petani dan ibunya sebagai ibu rumah tangga. yd tinggal bersama ibu nya.

B.
PERMASALAHAN
    1. Slow learning (kasus)?
    2. Faktor dan Permasalahan yang sering muncul pada klien?
  
Slow learning yaitu suatu istilah nonteknis yang dengan berbagai cara dikenakan pada anak-anak yang sedikit terbelakang secara mental, atau yang berkembang lebih lambat daripada kecepatan normal
Namun secara garis besar lamban belajar (slow learning) adalah anak yang memiliki potensi intelektual sedikit di bawah normal tetapi belum termasuk tunagrahita. Dalam beberapa hal mereka mengalami hambatan atau keterlambatan berpikir, merespon rangsangan dan adaptasi sosial, tetapi masih jauh lebih baik dibanding dengan tunagrahita, lebih lamban dibanding dengan yang normal. Mereka butuh waktu yang lebih lama dan berulang-ulang untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas akademik maupun non akademik, sehingga memerlukan pelayanan pendidikan khusus. Anak dengan SL (slow learning) memiliki ciri fisik normal. Tapi saat di sekolah mereka sulit menangkap materi, responnya lambat, dan kosa kata juga kurang, sehingga saat diajak berbicara kurang jelas maksudnya atau sulit nyambung. Dari sisi perilaku, mereka cenderung pendiam dan pemalu, dan mereka kesulitan untuk berteman. Anak-anak lambat belajar (slow learning) ini juga cenderung kurang percaya diri. Kemampuan berpikir abstraknya lebih rendah dibandingkan dengan anak pada umumnya. YD lahir normal Pertumbuhan dan perkembangan pun sekilas sama dengan anak anak seusianya, dari pengamatan saya dia hanya lemah dalam berfikir.  Sehingga dia tinggal kelas selama 3 tahun. Dia juga kurang berkomunikasi dengan temanya. Dan temanya sering kali mengolok-olok. dia sudah tidak nyaman lagi dengan keadaan di sekolahnya
.   
     Keterbatasan dan daya kemampuannya miliki menimbulkan munculnya berbagai
Dampak masalah, yaitu :
• Masalah kesulitan dalam kehidupan sehari – hari
Masalah ini berkaitan dengan kesehatan dan pemeliharaan diri sendiri. Kondisi keterbatasan
 pada saat belajar, yang belum bisa secepat temanya. Keadaan itu diharapkan dalam program penanganan memprioritaskan bimbingan dan latihan ketrampilan aktifitas kehidupan sehari – hari terutama daya fikirnya yang lambat

• Masalah penyesuaian diri
Kemampuan penyesuaian diri dengan lingkungan dipengaruhi beberapa faktor salah satunya kecerdasan. Dalam hal ini
dia merupakan siswa yang termasuk kecerdasan rendah jadi menimbulkan kecenderungan diisolir oleh masyarakat
 di bawah ini adalah ciri ciri masalah yd yang saya amati

        a.   Memiliki kesulitan dalam melakukan perintah yang bertahap.
        b.  Tidak memiliki tujuan dalam menjalani kehidupannya
        c.   Memiliki berbagai kesulitan internal seperti; keterampilan mengorganisasikan,                  kesulitan belajar, dan menyimpulkan infromasi.
        d   Memiliki skor yang rendah dengan konsisten dalam beberapa tes.
        e.  Memiliki pandangan mengenai dirinya yang buruk.
        f   Mengerjakan segalanya secara lambat.
     g.  Lambat dalam penguasaan terhadap sesuatu
Faktor penyebabnya adalah:
   Slow learner memiliki hubungan yang sangat erat dengan IQ, maka terdapat dua faktor yang mempengaruhinya :

    1. Faktor Internal
·      Genetik / Hereditas
Berdasarkan 111 penelitian yang diidentifikasi dalam suatu survei pustaka dunia tentang persamaan inteligensi dalam keluarga (Atkinson, dkk, 1983, h. 133), terdapat korelasi antara IQ orangtua dan anaknya. Semakin tinggi proporsi gen yang serupa pada dua anggota keluarga, semakin tinggi korelasi rata-rata IQ mereka.

·      Biokimia
Disebabkan oleh zat – zat yang dapat merusak otak, misalnya : zat pewarna pada makanan, pencemaran lingkungan, gizi yang tidak memadai, dan pengaruh – pengaruh psikologis dan sosial yang merugikan perkembangan anak.

    2. Faktor Eksternal
·      Lingkungan
Efek lingkungan yang berbeda terhadap IQ, berdasarkan penelitian yang dilakukan Beyley bahwa status sosial – ekonomi keluarga mempengaruhi IQ anak (Atkinson, dkk, 1983, h. 137). Disimpulkan bahwa, individu dapat memiliki IQ sekitar 65 jika dibesarkan di lingkungan miskin, tetapi dapat memiliki IQ lebih dari 100 jika dibesarkan di lingkungan sedang atau kaya. Penelitian tersebut menjelaskan bahwa kondisi keluarga mempengaruhi bagaimana keluarga mengasuh anak mereka.

·      Strategi Pembelajaran
Penyebab utama problem anak lamban belajar (slow learner) berupa strategi pembelajaran yang salah atau tidak tepat, pengelolaan kegiatan pembelajaran yang tidak membangkitkan motivasi belajar anak dan pemberian ulangan penguatan yang tidak tepat.

SOLUSI
Anak slow-learner mungkin merupakan cobaan berat bagi seorang guru. Keadaan anak yang memang tidak memungkinkan untuk memuaskan seorang guru lewat prestasi belajar, membuatnya perlu diperhatikan dan dibimbing dengan caranya sendiri. Tiga dari lima siswa yang dibimbing seorang guru bisa merupakan anak slow-learner, maka pengetahuan yang memadai mengenai bagaimana cara yang tepat untuk mengakomodasi mereka sangat diperlukan. Berikut ini adalah hal-hal yang dapat membantu dalam menghadapi anak slow-learner
1. Pahami bahwa anak membutuhkan lebih banyak pengulangan, 3 sampai 5 kali, untuk            memahami suatu materi daripada anak lain dengan kemampuan rata-rata. Maka, dibutuhkan     penguatan kembali melalui aktivitas praktek dan yang familiar, yang dapat membantu proses   generalisasi.
2. Anak slow-learner yang tidak berprestasi dalam akademik dasar dapat memperoleh manfaat melalui kegiatan tutorial di sekolah atau privat. Tujuan tutorial bukanlah untuk menaikkan prestasinya, tetapi membantunya untuk optimis terhadap kemampuannya dan menghadapkannya pada harapan yang realistik dan dapat dicapainya.
 3.Adalah masuk akal dan dapat dibenarkan untuk memberi mereka kelas yang lebih singkat dan tugas yang lebih sederhana.
 4.Berusahalah untuk membantu anak membangun pemahaman dasar mengenai konsep baru daripada menuntut mereka menghafal materi dan fakta yang tidak berarti bagi mereka.
5. Gunakan demonstrasi dan petunjuk visual sebanyak mungkin. Jangan membingungkan mereka dengan terlalu banyak verbalisasi. Pendekatan multisensori juga dapat sangat membantu.
6. Jangan memaksa anak bersaing dengan anak dengan kemampuan yang lebih tinggi. Adakan sedikit persaingan dalam program akademik yang tidak akan menyebabkan sikap negatif dan pemberontakan terhadap proses belajar. Belajar dengan kerjasama dapat mengoptimalkan pembelajaran, baik bagi anak yang berprestasi atau tidak, ketika pemebelajaran tersebut mendukung interaksi sosial yang tepat dalam kelompok yang heterogen.
7. Konsep yang sederhana yang diberikan pada anak pada permulaan unit instruksial dapat membantu penguasaan materi selanjutnya. Maka, dibutuhkan beberapa modifikasi di kelas.
8. Anak sebaiknya diberi tugas, terutama dalam pelajaran sosial dan ilmu alam, yang terstruktur dan konkret. Proyek-proyek besar yang membutuhkan matangnya kemampuan organisasional dan kemampuan konseptual sebaiknya dikurangi, atau secara substansial dimodifikasi, disesuaikan dengan kemampuannya. Dalam kerja kelompok, slow-learner dapat ditugaskan untuk bertanggung jawab pada bagian yang konkret, sedang anak lain dapat mengambil tanggung jawab pada komponen yang lebih abstrak.
Dengan dilaksanakannya pendidikan terpadu bagi anak yang berkebutuhan khusus dengan kontinum layanan pendidikan, sebagaimana diuraikan di atas, berarti program pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus harus dilaksana-kan dengan menggunakan pendekatan tim. dalam pendekatan tim perlu ada kejelasan tanggung jawab di antara. personel dan staf sekolah yang terlibat dalam penanganan peserta didik berkebutuhan khusus. Oleh karena itu kerjasama merupakan hal yang esensial. Salah satu anggota tim  yang menangani peserta didik berkebutuhan khusus tersebut adalah konselor. Seperti halnya YD yang mengalami rendahnya IQ, jelas dia memiliki keterbatasan pada daya fikirnya yang lemah, tetapi dia juga memiliki potensi kemampuan intelektual yang tidak berbeda dengan anak normal, maka untuk dapat berprestasi sesuai kapasitas intelektualnya diperlukan layanan pendidikan yang sesuai denganya. Dengan dipenuhinya kebutuhan itu maka dia akan dapat berprestasi sesuai dengan kapasitas intelektualnya dan mampu berkompetensi dengan anak normal.
 
Kesimpulan
Anak
slow learning merupakan satu istilah umum yang menyatukan berbagai jenis kekhususan atau kelainan. YD adalah anak yang mengalami kelemahan dalam daya fikir atau kecerdasanya atau disebut slow learning, maka dukungan orangtua dorongan dan bantuan orangtua erat hubungannya dengan hasil belajar yd yang lambat. Bila dalam mengulangi apa yang dipelajari di sekolah, orangtua bekerja sama dengan guru dalam memberikan metode dan pengarahan yang sama, tentu akan diperoleh hasil yang lebih baik. Bila memungkinkan, orangtua dapat meminta izin untuk mengamati proses belajar mengajar di sekolah.

 Saran
Tentunya dalam penulisan laporan hasil observasi ini masih banyak kekurangan.maka, saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan laporan ini, karena kesempurnaan hanya milik Tuhan dan kita manusia selalu diberi kekurangan, terimakasih.