KESULITAN BELAJAR
Kesulitan adalah keadaan yang sulit, dalam kesulitan dan dalam kesusahan. Dalam hal ini, berarti kesulitan mengandung makna sulit berbuat sesuatu yang berarti suatu kondisi yang memperlihatkan ciri-ciri hambatan dalam kegiatan untuk mencapai suatu kegiatan, dimana kesulitan yang dimaksud dalam kajian ini adalah kesulitan belajar yang berarti kesulitan tersebut kepada aktivitas belajar.
2. Pengertian Belajar
Berikut ini dikemukakan beberapa definisi mengenai belajar, diantaranya:
a. Selanjutnya Moh.Uzer Usman dan Lilis Setiawati mengartikan “belajar sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungan sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya”
b. Nana Sudjana mengatakan “belajar adalah proses yang aktif, belajar adalah mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar adalah proses yang diarahkan kepada tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar adalah proses melihat, mengamati, memahami sesuatu”.[3]
Dari beberapa pengertian belajar yang telah dikemukakan olehpara ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatuperubahan tingkah laku individu dari hasil pengalaman dan latihan.Perubahan tingkah laku tersebut, baik dalam aspek pengetahuannya(kognitif), keterampilannya (psikomotor), maupun sikapnya (afektif).
3. Kesulitan belajar
Definisi kesulitan beajar menurut para ahli:
a. Kesulitan belajar menurut Hammil (Abidin,2006:10) adalah: “menunjuk pada sekelompok kesulitan yang memanifestasikan dalam bentuk kesulitan yang nyata dalam kemahiran dan penggunaan kemampuan mendengar, mencakup-cakup,membaca, menulis, menalar, atau kemampuan dalam bidang studi tertentu.
b. Kesulitan belajar menurut Warkitri ddk. (1990:8.3), menyatakan bahwa kesulitan belajar adalah terdapatnya suatu jarak antara prestasi akademik yang diharapkan dengan prestasi akademik yang diperoleh.
c. Sementara itu Siti Mardiyanti dkk. (1994 :4-5) menganggap kesulitan belajar sebagai suatu kondisi dalam proses belajar yang ditandai oleh adanya hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar. [4]
Setiap individu memang tidak ada yang sama. Perbedaan individual ini pulalah yang menyebabkan perbedaan tingkah laku belajar dikalangan anak didik. “Dalam keadaan di mana anak didik / siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya, itulah yang disebut dengan “kesulitan belajar”.
Macam-macam kesulitan belajar ini dapat dikelompokkan menjadi empat macam, yaitu sebagai berikut.
a. Dilihat dari jenis kesulitan belajar.
1) Ada yang berat,
2) Ada yang sedang,
b. Dilihat dari bidang studi yang di pelajari.
1) Ada yang sebagian bidang studi, dan
2) Ada yang keseluruhan bidang studi.
c. Dilihat dari sifat kesulitannya.
1) Ada yang sifatnya permanen / menetap, dan
2) Ada yang sifatnya hanya sementara.
d. Dilihat dari segi faktor penyebabnya.
1) Ada yang karena faktor intelegensi, dan
2) Ada yang karena faktor non-intelegensi.[5]
4. Faktor-faktor penyebab kesulitan belajar.
Fenomena kesulitan belajar seorang siswa biasanya tampak jelas dari menurunnya kinerja akademik atau prestasi belajarnya. Namun, kesulitan belajar juga dapat di buktikan dengan munculnya kelainan perilaku (misbehavior) siswa seperti kesukaan berteriak-teriak didalam kelas, mengusik teman, berkelahi, sering tidak masuk sekolah, dan sering minggat dari sekolah.
Secara garis besar, faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri atas dua macam, yakni:
a. Faktor intern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang muncul dari dalam diri siswa sendiri meliputi:
1) Faktor fisiologis.
2) Faktor psikologis.
b. Faktor ekstern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang datang dari luar diri siswa meliputi:
1) Faktor-faktor non-sosial.
2) Faktor-faktor sosial.[6]
Kedua faktor ini meliputi aneka ragam hal dan keadaan yang antara lain tersebut di bawah ini.
a. Faktor intern siswa
Faktor intern siswa meliputi gangguan atau kekurang mampuan psiko-fisik siswa, yakni:
1) Sebab yang bersifat fisik:
a) Karena sakit
Seorang yang sakit akan mengalami kelemahan fisiknya, sehingga saraf sensoris dan motorisnya lemah. Akibatnya rangsangan yang diterima melalui inderanya tidak dapat diteruskan ke otak. Lebih-lebih sakitnya lama, sarafnya akan bertambah lemah, sehingga ia tidak dapat masuk sekolah untuk beberapa hari, yang mengakibatkan ia tertinggal jauh dalam pelajaran.
b) Karena kurang sehat
Anak yang kurang sehat dapat mengalami kesulitan belajar, sebab ia mudah capek, mengantuk, pusing, daya konsentrasinya hilang kurang semangat, pikiran terganggu. Karena hal-hal ini maka penerimaan dan respons pelajaran berkurang, saraf otak tidak mampu bekerja secara optimal memproses, mengelola, menginterprestasi dan mengorganisasi bahan pelajaran melalui indranya.
c) Sebab karena cacat tubuh
Cacat tubuh dibedakan atas:
· Cacat tubuh yang ringan seperti kurang pendengaran, kurang penglihatan, gangguan psikomotor.
· Cacat tubuh yang tetap seperti buta, tuli, bisu hilang tangannya dan kakinya.
2) Sebab–sebab kesulitan belajar karena rohani.
Belajar memerlukan kesiapan rohani, ketenangan dengan baik. Jika hal-hal di atas ada pada diri anak maka belajar sulit dapat masuk.
Apa bila dirinci faktor rohani itu meliputi antara lain berikut ini.
a) Intelegensi
b) Bakat
c) Minat
d) Motivasi
e) Faktor kesehatan mental
f) Tipe-tipe khusus seorang pelajar (visual, motoris, dan campuran).[7]
b. Faktor ekstern siswa
Faktor ekstern siswa meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar siswa. Faktor lingkungan ini meliputi:
1) Lingkungan keluarga, contohnya: ketidakharmonisan hubunga antara ayah dengan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.
2) Lingkungan perkampungan / masyrakat, contohnya : wilayah perkampungan kumuh (slum area), dan teman sepermainan (peer group) yang nakal.
3) Lingkungan sekolah, contohnya: kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk seperti dekat pasar, kondisi guru dan alat-alat belajar yang berkualitas rendah
B. Jenis-jenis kesulitan belajar.
1. Learning disability
Diantara faktor-faktor yang dapat dipandang sebagai faktor khusus ini ialah sindrom psikologis berupa learning disability (ketidakmampuan belajar). Sindrom (syndrome) yang berarti satuan gejala yang muncul sebagai indikator adanya keabnormalan psikis (Reber,1998) yang menimbulkan kesulitan belajar itu terdiri atas:
a. Disleksia (dyslexia) yakni ketidak mampuan belajar membaca.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhL0yKTYKN8042okA9oZ3CwmcZfvmPjuAbYOoSSc1GBEeMsqupEexyR1lQGvoMR0DVT1VsD_adKB6FfCGhn79R2tmr76k2r9iqYyDhKbyDKQguM6iGVxGulMFq7VeATA2sseg0YdHySZBw/s1600/downloaddisleksia.jpg)
Anak yang memiliki keterlambatan kemampuan membaca, mengalami kesulitan dalam mengartikan atau mengenali struktur kata-kata (misalnya huruf atau suara yang seharusnya tidak diucapkan, sisipan, penggantian atau kebalikan) atau memahaminya (misalnya, memahami fakta-fakta dasar, gagasan, utama, urutan peristiwa, atau topik sebuah bacaan). Mereka juga mengalami kesulitan lain seperti cepat melupakan apa yang telah dibacanya. Sebagian ahli berargumen bahwa kesulitan mengenali bunyi-bunyi bahasa (fonem) merupakan dasar bagi keterlambatan kemampuan membaca, dimana kemampuan ini penting sekali bagi pemahaman hubungan antara bunyi bahasa dan tulisan yang mewakilinya
b. Disgrafia (dysgraphia) yakni ketidakmampuan belajar menulis.
Kesulitan belajar menulis disebut juga sisgrafia, kesulitan belajar menulis yang berat disebut arafia. Ada tiga jenis pelajaran menulis, yaitu menulis permulaan, mengeja atau dikte, dan menulis ekspresif. Kegunaan kemampuan menulis bagi seorang siswa adalah untuk menyalin, mencatat, dan mengerjakan sebagian besar tugas sekolah. Oleh karena itu, kesulitan belajar menulis hendaknya dideteksi dan ditangani sejak dini agar tidak menimbulkan kesulitan bagi anak dalam mempelajari berbagai mata pelajaran yang diajarkan di sekolah.
Tujuan utama pengajaran menulis adalah keterbacaan. Untuk dapat mengkomunikasikan pikiran dalam bentuk tertulis, pertama-tama anak harus dapat menulis dengan mudah dan dapat membaca. Oleh karena itu pengajaran menulis pada tahap awal difokuskan pada cara memegang alat tulis dengan benar, menulis huruf balok dan huruf bersambung dengan benar, dan menjaga jarak dan proporsi huruf secara benar dan konsisten.
Kesulitan menulis yang dialami anak dapat disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya gangguan motorik, gangguan emosi, gangguan persepsi visual, atau gangguan ingatan. Gangguan gerak halus dapat menganggu keterampilan menulis, misalnya seorang anak mungkin mengerti ejaan suatu kata, tetapi ia tidak dapat menulis secara jelas atau mengikuti kecepatan gurunya, hal ini dapat berakibat pada penguasaan bidang studi akademik lain.
c. Diskalkulia (dyscalculia) yakni ketidakmampuan belajar matematika.
Berhitung adalah salah satu cabang matematika, ilmu hitung adalah suatu bahasa yang digunakan untuk menjelaskan hubungan antara berbagai proyek, kejadian, dan waktu. Ada orang yang beranggapan bahwa berhitung sama dengan matematika. Anggapan semacam ini tidak sepenuhnya keliru karena hampir semua cabang matematika yang menurut Moris kline (1981) berjumlah delapan puluh cabang besar selalu ada berhitung.
Kesulitan belajar berhitung disebut juga diskalkulia. Kesulitan belajar berhitung yang berat disebutakalkulia. Ada tiga elemen pelajaran berhitung yang harus dikuasai oleh anak. Ketiga elemen tersebut adalah konsep, komputasi, dan pemecahan masalah. Seperti halnya bahasa, berhitung yang merupakan bagian dari matematika adalah sarana berpikir keilmuan. Oleh karena itu, seperti halnya kesulitan belajar bahasa, kesulitan berhitung hendaknya dideteksi dan ditangani sejak dini agar tidak menimbulkan kesulitan bagi anak dalam mempelajari berbagai mata pelajaran yang diajarkan di sekolah.
Namun demikian, siswa yang mengalami sindrom-sindrom di atas secara umum sebenarnya memiliki potensi IQ yang normal bahkan di antaranya ada yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Oleh karenanya, kesulitan belajar siswa yang menderita sindrom-sindrom tadi mungkin hanya disebabkan oleh adanya minmal brain dysfunction, yaitu gangguan ringan pada otak (Lask,1985 : Reber 1988).
1) Ciri-ciri learning disabilities:
a) Sering melakukan kesalahan yang konsisten dalam mengeja dan membaca.
b) Lambat dalam mempelajari hubungan antara huruf dengan bunyi pengucaannya.
c) Sulit dalam mempelajari keterampilan baru, terutama yang membutuhkan daya ingat.
d) Implusif yaitu bertindak tanpa difikir dahulu.
e) Sulit berkosentrasi.
2) Penyebab learning disabilities
a) Faktor keturunan (genetik) dan gangguan koordinasi pada otak.
b) Kira-kira 14 area di otak berfungsi saat membaca, ketidakmampuan dalam belajar disebabkan karena ada gangguan diarea otaknya.
Rimm (dalam Del Siegle & McCoah,2008) menyatakan ketika siswa tidak menampilkan potensinya, maka ia termasuk underachiever. Semiawan (1997: 209) menyebutkan”underachievement adalah kinerja yang secara signifikan berada di bawah potensinya”. Makmun (2001: 274) juga mengungkapkan bahwa yang dimaksud ”underachiever adalah mereka yang prestasinya ternyata lebih rendah dari apa yang diperkirakan berdasar hasil tes kemampuan belajarnya”.
a. Ciri-ciri under achiever:
1) Prestasi tidak konsisten: kadang bagus, kadang tidak.
2) Tidak menyelesaikan pekerjaan rumah (PR).
3) Rendah diri.
4) Takut gagal (atau sukses).
5) Takut menghadapi ulangan.
6) Tidak punya inisiatif.
7) Malas, bahkan depresi.
b. Penyebab under achiever
Penyebab underachiever, Butler-Por (dalam oxfordbrooks.ac.uk,2006) menyatakan bahwa underachievement bukan disebabkan karena ketidakmampuan untuk melakukan suatu dengan lebih baik,tetapi karena pilihan-pilihan yang dilakukan dengan sadar atau tidak sadar.
3. Slow leaner
a. Chaplin,( 2005 : 468)
Slow learning yaitu suatu istilah nonteknis yang dengan berbagai cara dikenakan pada anak-anak yang sedikit terbelakang secara mental, atau yang berkembang lebih lambat daripada kecepatan normal.
b. Burton, (dalam Sudrajat;2008)
Slow learning adalah anak dengan tingkat penguasaan materi yang rendah, padahal materi tersebut merupakan prasyarat bagi kelanjutan di pelajaran selanjutnya, sehingga mereka sering harus mengulang.
1) Ciri-ciri slow learning
Karakteristik dari individu yang mengalami slow learning :
a) Fungsi kemampuan di bawah rata-rata pada umumnya.
b) Memiliki kecanggungan dalam kemampuan menjalin hubungan intrapersonal.
c) Memiliki kesulitan dalam melakukan perintah yang bertahap.
d) Tidak memiliki tujuan dalam menjalani kehidupannya
e) Memiliki berbagai kesulitan internal seperti; keterampilan mengorganisasikan, kesulitan transfer belajar, dan menyimpulkan infromasi.
f) Memiliki skor yang rendah dengan konsisten dalam beberapa tes.
g) Memiliki pandangan mengenai dirinya yang buruk.
h) Mengerjakan segalanya secara lambat.
i) Lambat dalam penguasaan terhadap sesuatu.
2) Penyebab slow learning
a) Kemiskinan
Kemiskinan merupakan factor utama dari slow learning di negara berkembang. Kemiskinan menyababkan banyak kekurangan mental dan moral yang pada akhirnya mempengaruhi performa siswa. Seperti ungkapan “di badan yang sehat terdapat pikiran yang sehat”.
Kemiskinan merupakan factor utama dari slow learning di negara berkembang. Kemiskinan menyababkan banyak kekurangan mental dan moral yang pada akhirnya mempengaruhi performa siswa. Seperti ungkapan “di badan yang sehat terdapat pikiran yang sehat”.
b) Factor emosional
Semua anak pasti mengalami permasalahan emosional, tetapi slow learner mengalami permasalahan yang serius dan untuk waktu yang lama sehingga sangat mengganggu proses belajar mereka. Permasalahan emosional ini berakibat pada prestasi akademis yang rendah, hubungan interpersonal yang tidak baik, dan harga diri yang rendah. Bagian penting dalam perkembangan personal, social dan emosional adalah konsep diri dan harga diri.
c) Factor pribadi
Factor pribadi meliputi kelainan bentuk fisik (deformity), kondisi patologi/ penyakit badan, dan kekurangan penglihatan, pendengaran dan percakapan dapat mengarah pada slow learning. Factor pribadi juga meliputi penyakit yang lama atau ketidakhadiran di sekolah untuk waktu yan lama ddan kurangnya kepercayaan diri. Ketika mereka lama tidak masuk sekolah tentu saja mereka akan tertinggal dari teman mereka. Hal ini pada akhirnya mempengaruhi kepercayaan diri mereka dan menciptakan kondisi yang mengarah pada slow learning.
saran saya :guru harus mampumengidentifikasi sejauh manakemampuan siswa dan sejauh mana dapat berpengaruh terhadap pembelajaran.setelah itu barulah dapat dicari dan diterapkan bagaimana solusi hambatan diatas atau setidaknya diminimalisir.
Moh. Uzer Usman dan Lilis Setiawati, Upaya Optimalisasi Kegiatan belajar mengajar,
(Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2002), hal.4
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Balai Pustaka, 1987),
Hal.28.
Drs.H.Abu Ahmadi,widodo, Psikologi Belajar (Jakarta:Rineka Cipta,2013).hal.77-78.
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta: Rajawali Pers,2012)hal.185
Aunur Rahman, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2012), hal.197
Tidak ada komentar:
Posting Komentar